Pages

Minggu, 10 Februari 2013

DEJAVU

Deja vu, yang asal katanya diambil
dari Bahasa Perancis, adalah suatu
perasaan ketika seseorang
mengalami sesuatu yang pernah
terjadi sebelumnya. Sekelompok
orang mengasosiasikannya dengan
gangguan pada otak sedangkan
lainnya menghubungkan Deja vu
dengan kehidupan lain di masa lalu.
Pada suatu waktu, beberapa di
antara kita tentu pernah mengalami
hal ini. Apa sih sebenarnya Deja vu
ini? Mari kita telusuri bersama.
Apakah anda pernah mengalami
situasi di mana secara sadar anda
mengenal betul situasi itu yang
menurut anda telah anda lalui
sebelumnya? Apakah anda pernah
mengalami suatu situasi di mana
anda bisa menebak apa yang akan
terjadi selanjutnya dan kemudian
hal itu benar-benar terjadi seperti
yang anda rasakan telah anda lalui
sebelumnya? Jika anda pernah
mengalami hal-hal tersebut, itulah
yang dinamakan Deja vu. Apakah
Deja vu itu? Deja vu merupakan
peristiwa di mana seseorang merasa
yakin telah mengalami situasi baru
sebelumnya. Selama mengalami
sebuah situasi baru, seseorang
merasakan suatu kesamaan dengan
sesuatu yang dialami di masa lalu.
Seseorang merasa telah melalui hal
yang sama baru saja terjadi di
masa lalu atau telah melihat hal itu
dalam mimpinya. Istilah Deja vu ini
pertama kali diperkenalkan oleh
Emile Boirac yang merupakan
seorang peneliti di bidang psikologi
berkebangsaan Perancis.
Kebanyakan mereka yang
mengalami Deja vu mengklaim telah
melihat sesatu dalam mimpi
mereka atau sangat yakin telah
melihat itu beberapa waktu yang
lalu.
Beberapa Jenis Deja vu
Deja Senti: perasaan ini merujuk
pada sesuatu "yang sudah
dirasakan". Hal itu merupakan
fenomena kejiwaan dan para
peneliti meyakini bahwa sesuatu
yang telah dirasakan di masa lalu
itu sangat mirip dengan yang
dirasakan saat ini. Kesamaan pada
kedua pengalaman tersebut
membuat seseorang merasa bahwa
dia telah merasakan hal yang sama
di masa lalu.
Deja Vecu : suatu perasaan
bahwasanya segala sesuatu yang
sedang terjadi baru saja itu identik
dengan apa yang terjadi
sebelumnya serta satu gagasan
tidak wajar tentang apa yang akan
terjadi berikutnya,
diterminologikan sebagai Deja vecu.
Seseorang yang mengalami
perasaan Deja vecu mengklaim
telah mengetahui apa yang sedikit
lagi akan terjadi dan kadang kala
merasa telah mengingat hal
tersebut.
Deja Visite: Bentuk Deja vu ini
merupakan suatu perasaan pernah
mengunjungi suatu tempat yang
benar-benar baru. Seseorang yang
mengalami bentuk Deja vu ini
mengklaim memiliki pengetahuan
tentang sebuah tempat yang belum
dikunjungi. Seseorang mengklaim
mengetahui letak geografi suatu
tempat, ketika dia belum pernah ke
sana dalam kenyataannya. Deja
visite dicirikhaskan dengan sebuah
pengetahuan tidak wajar tentang
suatu tempat yang belum pernah
dikunjungi.
Para peneliti telah lama mencari
berbagai sebab di balik Deja vu.
Mereka mengasosiasikan penyakit-
penyakit seperti schizophrenia ,
kegelisahan atau gangguan
neurologi lainnya. Para peneliti
belum mencapai kesuksesan dalam
membangun hubungan antara
penyakit-penyakit tersebut dengan
Deja vu.
Namun, para peneliti telah
menemukan bahwa Deja vu bisa
saja merupakan hasil dari kegagalan
sistem kelistrikan otak. Deja vu
dipercaya sebagai suatu sensasi
yang salah pada ingatan atau
memori. Beberapa obat-obatan
juga dipercaya sebaga salah satu
faktor yang memicu Deja vu. Obat-
obatan seperti amantadine dan
phenylpropanolamine telah diteliti
sebagai penyebab perasaan Deja vu.
Beberapa obat-obatan bisa
menyebabkan aksi
hyperdopaminergic pada area
mesial temporal otak yang
menyebabkan Deja vu.
Otak manusia merupakan organ
yang kompleks dan sangat menarik.
Sudah merupakan kecenderungan
otak untuk menarik kesimpulan
dari berbagai situasi yang berbeda.
Otak seringkali mencoba untuk
bereksperimen mereproduksi suatu
situasi yang belum pernah dihadapi
sebelumnya. Oleh karena itu
antisipasi beberapa kejadian oleh
seseorang bisa membuat orang
tersebut berpikir bahwa dia telah
mengalami suatu kejadian yang
sama di masa lalu.
Yang menarik di sini, bisa saja
terjadi bahwa salah satu dari mata
kita melihat sesuatu sebelum mata
yang lain. Satu mata merekam
kejadian sebelumnya. Mata yang
lainnya, yang merekam kejadian
yang sama beberapa milidetik
kemudian, membuat otak
merasakan ingatan. Salah satu mata
merasakan sesuatu dan otak
mengartikannya. Mata lain yang
tertinggal beberapa milidetik
merasakan hal yang sama dan
mengirim gambar tersebut ke otak.
Begitu otak merasakan hal yang
sama beberapa milidetik kemudian,
orang tersebut merasa bahwa dia
telah melihat itu sebelumnya.
Gagasan ini tidak dapat menjadi
alasan tepat untuk Deja vu karena
orang yang hanya memiliki satu
mata juga mengalami Deja vu.
Tidak semua orang percaya bahwa
semua bisa dijelaskan oleh ilmu
pengetahuan. Beberapa teori
terkait dengan Deja vu pada
kemampuan fisik tertentu yang
dimiliki manusia, di lain pihak,
orang lain mengatakan bahwa
perasaan Deja vu merupakan hasil
dari kehidupan lain di masa lalu.
Memang benar, Deja vu memiliki
sifat-sifat misterius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar